Jumat, 14 November 2014

Perbedaan Simbol Tempat Wisata KUDUS & JEPARA

 Simbol Tempat Wisata Kudus


 
1. Masjid Menara Kudus

Gambar tersebut bukanlah Candi tetapi Masjid Menara Kudus pada tahun 1549 Masehi. Masjid Menara Kudus (disebut juga dengan Masjid Al Aqsa dan Masjid Al Manar) adalah sebuah masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.

2. Pegunungan Muria
Secara admistratif Pegunungan Muria masuk ke wilayah Kabupaten Kudus.

3. Gedung-Gedung
Kudus mengalami kemajuan terbukti dengan adanya gedung-gedung bertingkat di Kabupaten Kudus wilayah Kudus Kota.

4.  Paduraksa Kudus
Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus. Bangunan ini biasa dijumpai pada gerbang masuk bangunan-bangunan lama di Jawa dan Bali, seperti kompleks keraton, makam keramat, masjid, pura, meskipun pada masa sekarang ada pula rumah yang juga menggunakan gapura semacam ini.

5. Candi Bentar Kudus
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit.
Pada aturan zona tata letak istana atau bangunan penting, baik candi bentar maupun paduraksa merupakan satu kesatuan rancang arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang membatasi kawasan luar pura dengan nista mandala (jaba pisan) zona terluar kompleks pura, sedangkan gerbang kori ageng atau paduraksa digunakan sebagai gerbang di lingkungan dalam pura, dan digunakan untuk membatasi zona madya mandala (jaba tengah) dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan tersuci pura Bali. Maka dapat disimpulkan bahwa baik untuk kompleks pura maupun tempat tinggal, candi bentar digunakan untuk lingkungan terluar, sedangkan paduraksa untuk lingkungan dalam.

6. Rumah Adat Kudus
Rumah adat Kudus atau Joglo Pencu disebut juga Joglo Kudus adalah Rumah tradisional asal Kudus, salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.
Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi
Tata Ruangan
Joglo Pencu memiliki 4 (empat) tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian[3] ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon.
Jogo Satru adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
Gedongan adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.
Pawon Untuk Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan
Filosofi
Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
Kedua, tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal.
Ketiga, gedhongan dan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dg mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.


 Simbol Tempat Wisata Jepara


1. Masjid Agung Jepara
Gambar tersebut bukanlah Pagoda tetapi Masjid Agung Jepara pada tahun 1660 Masehi. Masjid Agung Jepara ini terletak di Kelurahan Kauman Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.

2. Pegunungan Muria
Secara admistratif Pegunungan Muria masuk ke wilayah Kabupaten Jepara.

3. Gedung-Gedung
Jepara mengalami kemajuan terbukti dengan adanya gedung-gedung bertingkat di Kabupaten Jepara wilayah Jepara Kota.

4.  Paduraksa Mantingan Jepara
Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus. Bangunan ini biasa dijumpai pada gerbang masuk bangunan-bangunan lama di Jawa dan Bali, seperti kompleks keraton, makam keramat, masjid, pura, meskipun pada masa sekarang ada pula rumah yang juga menggunakan gapura semacam ini.

5. Candi Bentar Jepara
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit.
Pada aturan zona tata letak istana atau bangunan penting, baik candi bentar maupun paduraksa merupakan satu kesatuan rancang arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang membatasi kawasan luar pura dengan nista mandala (jaba pisan) zona terluar kompleks pura, sedangkan gerbang kori ageng atau paduraksa digunakan sebagai gerbang di lingkungan dalam pura, dan digunakan untuk membatasi zona madya mandala (jaba tengah) dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan tersuci pura Bali. Maka dapat disimpulkan bahwa baik untuk kompleks pura maupun tempat tinggal, candi bentar digunakan untuk lingkungan terluar, sedangkan paduraksa untuk lingkungan dalam.

6. Rumah Adat Jepara
Rumah adat Jepara atau disebut juga Joglo Jepara adalah Rumah tradisional asal Jepara salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara.
Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut “Atap Wuwungan”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Jepara yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Hindu-Jawa, Islam-Arab, Tionghoa-Cina dan Eropa-Portugis. Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 600-an Masehi (era Kerajaan Kalingga).
Tata Ruangan
Bahan bangunan Rumah adat Jepara terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir, Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan. menurut pembagian ruangnya adalah sebagai berikut:
Ruang Peringgitan ruang ini dulu untuk menerima/ menjamu tamu terbatas, sampai saat inipun tempat ini masih dipergunakan untuk dhahar prasmanan dan menerima tamu. Namanya rono kaputren (yang ukirannya tembus) atau berlubang dan yang blok ukir namanya rono kaputran.
Ruang keluarga tempat/ruangan ini dulu dipergunakan untuk berkumpulnya keluarga.
Ruang pingitan pengertian dipingit tidak di ruangan ini terus, boleh keluar tapi dengan batasan depan ada rono (ukiran yang tembus/berlubang) dan belakang ada tembok yang tinggi, dan pengertian dipingit adalah menunggu lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.
Pawon biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi.
Pakiwan Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan, yang juga berfungsi untuk kamar mandi.
Filosofi
Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Jepara (Joglo Jepara) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir kualitas tinggi, dan Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif gambar wayang. tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas.
Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati.
Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya.
Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara : Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia, Manusia dengan alam.



Senin, 10 November 2014

Perbedaan Kudus Mirip Negara Korea & Jepara Mirip Negara Jepang

Persamaan Kudus mirip Korea, sedangkan Jepara mirip Jepang

Kudus dan Korea sama-sama diawali oleh huruf "K"
Jepara dan Jepang sama-sama diawali oleh huruf "J"
Kudus  dan Korea dalam bahasa Inggris dengan tambahan "-an", yaitu Korean dan Kudusan
Jepara dan Jepang dalam bahasa Inggris dengan tambahan "-nese", yaitu Japanese dan Jeparanese
Kudus dan Korea sama-sama lebih identik didominasi warna "biru"
Jepara dan Jepang sama-sama lebih identik didominasi warna "merah" 
Korea-Jepang dan Kudus-Jepara sama-sama "bertetangga"

Jumat, 07 November 2014

Perbedaan Batik KUDUS & Batik JEPARA



BATIK KUDUS

Batik Kudus motif liris genteng kudus bermotif daun tembakau yang di gambarkan dengan genteng kudusan, dan cengkeh digambarkan dengan bentuk relung-relung di bawahnya.



















BATIK JEPARA
Batik Jepara bermotif ukiran














Kamis, 06 November 2014

Perbedaan Arsitektur Rumah Adat KUDUS & JEPARA

Rumah Adat Khas Kudus

Pintu Khas Rumah Adat Kudus
Atap Genteng Khas Rumah Adat Kudus



Rumah Adat KUDUS atau Joglo Pencu disebut juga Joglo Kudus adalah Rumah tradisional asal Kudus salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.

Tata Ruangan

Joglo Pencu memiliki 4 (empat) atau Joglo Pencu disebut juga Joglo Kudus adalah Rumah tradisional asal Kudus salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.tiang penyangga dan 1 (satu) tiang besar yang dinamakan soko geder yang melambangkan bahwa Allah SWT bersifat Esa. rumah adat Kudus Joglo Pencu memiliki 3 bagian ruangan yang disebut Jogo Satru, Gedongan, dan Pawon.
  • Jogo Satru
adalah nama untuk bagian depan dari rumah tersebut. Secara makna kata Jogo Satru bisa diterjemahkan jogo artinya menjaga dan Satru artinya musuh. Namun untuk sehari-hari Ruangan ini sering digunakan sebagai tempat menerima tamu yang berkunjung.
  • Gedongan
adalah bagian ruang keluarga. Ruangan ini biasa digunakan untuk tempat tidur kepala keluarga.
  • Pawon
Untuk Pawon sendiri letaknya berada pada bagian samping. biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi. “Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan

Filosofi

Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.
  • Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
  • Kedua, tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal.
  • Ketiga, gedhongan dan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dg mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
  • Keempat, pawon (dapur) di bagian paling belakang bangunan rumah.
  • Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
  • Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, bersambung ke hal berikutnya.
  •  Ketujuh, Genteng wuwungan atap berlubang baik pada Genteng Kelir, Genteng Pengapit, dan Genteng Cungkrik berlubang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang berpikiran terbuka.


Rumah Adat Khas Jepara


Pintu Khas Rumah Adat Jepara
Atap Genteng Khas Rumah Adat Jepara


Rumah Adat JEPARA atau disebut juga Joglo Jepara adalah Rumah tradisional asal Jepara salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara.

Tata Ruangan

Bahan bangunan Rumah adat Jepara terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir, Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan. menurut pembagian ruangnya adalah sebagai berikut:
  • Ruang Peringgitan
ruang ini dulu untuk menerima/ menjamu tamu terbatas, sampai saat inipun tempat ini masih dipergunakan untuk dhahar prasmanan dan menerima tamu. Namanya rono kaputren (yang ukirannya tembus) atau berlubang dan yang blok ukir namanya rono kaputran.
  • Ruang keluarga
tempat/ruangan ini dulu dipergunakan untuk berkumpulnya keluarga.
  • Ruang pingitan
pengertian dipingit tidak di ruangan ini terus, boleh keluar tapi dengan batasan depan ada rono (ukiran yang tembus/berlubang) dan belakang ada tembok yang tinggi, dan pengertian dipingit adalah menunggu lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.
  • Pawon
biasa digunakan untuk masak, belajar dan melihat televisi.
  • Pakiwan
Untuk halaman depan rumah, terdapat sumur pada sebelah kiri yang dinamakan Pakiwan, yang juga berfungsi untuk kamar mandi.

Filosofi

Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Jepara (Joglo Jepara) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir kualitas tinggi, dan Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif gambar wayang. tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
  • Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
  • Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
  • Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya.
  • Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
  • Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara : Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia, Manusia dengan alam

Rabu, 05 November 2014

Perbedaan Bentuk Genteng KUDUS & Genteng JEPARA







  

 

GENTENG KUDUS















Genteng Kelir

Genteng Pengapit
Geenteng Pengapit

Genteng Cungkrik

Genteng Cungkrik
Genteng Cungkrik














Bentuk  genteng berbentuk menyerupai daun karena Kudus merupakan Kota Kretek yaitu rokok yang bahannya terbuat dari daun-daun tembakau.
Filosofi Genteng khas Kudus, yaitu:
wuwungan atap membentuk daun yang mempunyai maksud sebagai perwujudan hidup harus serta menjaga alam.
  • Genteng Krecek : berbentuk kuncup daun, filosofinya adalah kelahiran
  • Genteng Pengapit : berbentuk daun hendak memekar, filosofinya pertumbuhan manusia menjadi remaja
  • Genteng Kelir : berbentuk daun memekar sempurna di tempat tengah paling center, filosofinya kedewasaan yang bisa menata yang lebih muda dan bisa menjadi tauladan yang baik.



 GENTENG JEPARA





berbentuk menyerupai  menyerupai motif ukir-ukiran kayu khas Jepara. berbentuk menyerupai motif pada ukir kayu karena Jepara merupakan Kota Ukir yang bahannya terbuat dari kayu.
Filosofi Genteng khas Jepara, yaitu: 
# Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
#Atap berwujud ukiran gunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya.
  • Genteng Krepyak
menghadap ke atas sebagai motivasi bukan untuk jadi rendah diri.
  • Genteng Gatotkaca
bentuk genteng yang tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes .
  • Genteng Makuta
genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah, yang artinya penguasa harus memiliki sifat adil dan bijaksana.